Social Fact ?

Dalam tulisannya What is Social Fact? (1895), untuk membedakan apa itu fakta sosial dalam artian luas dan dalam artian sosiologis, Durkheim menyebut fakta sosial dalam arti objek kajian sosiologi sebagai the social. Pertama-tama harus jelas apakah yang menjadi kepentingan Durkheim dalam penjelasannya tentang apa itu the social. Kata ‘sosial’ bagi Durkheim sejauh ini disematkan untuk fenomena (gejala) praktis yang sangat umum terjadi dalam masyarakat misalnya makan, minum, tidur, dll. Namun, jika seluruh gejala dianggap sebagai fakta sosial, maka apakah yang menjadi objek kajian sosiologi? (hlm.26). Bahwa ilmu alam sudah jelas dengan objek penelitiannya, kini saatnya sosiologi sebagai ilmu sosial juga mendefinisikan apa yang menjadi objeknya. Persis pada titik inilah menjadi jelas bahwa tujuan utama Durkheim ialah ingin menjawab pertanyaan apakah yang menjadi objek kajian yang khas ilmu-ilmu sosial.

The Social (fakta sosial) bagi Durkeim adalah adalah suatu gejala (atau tindakan manusia) yang independen dari individu, bekerja sebagai kekuatan eksternal yang membatasi/memaksa individu (hlm 26, 27, 30). Kata-kata kunci dalam definisi Durkheim tersebut adalah gejala, independen terhadap individu, kekuatan eksternal, membatasi/memaksa individu.

Dalam tulisannya Objectivity of Science (1904), apa yang hendak dicapai oleh Webber sejatinya sama dengan Durkheim yakni mencari objek kajian yang khas dalam ilmu-ilmu sosial. Berbeda dari Durkeim, Webber tidak menggunakan kata social fact atau the social untuk menjelaskan apa itu fakta sosial.

Fakta Sosial bagi Webber adalah gejala (atau tindakan manusia) tidak bebas nilai (subjektif) yang terarah ke luar dan terhadap yang di luar itu berhubungan secara kausal. Delam arti ini, fakta sosial bagi Webber terletak dalam tindakan sosial dan relasinya. (hlm. 111) Kata-kata kunci dalam definisi Webber adalah: gejala, subjektif, nilai, orientasi ke luar, relasi sebab-akibat. Untuk memperjelas, misalnya seseorang membaca buku karena itulah hobinya tidak dapat dikatakan sebagai tindakan sosial. Namun ketika seseorang membaca untuk mempersiapkan sebuah presentasi saat kuliah adalah tindakan sosial.

Kesimpulan: Ontologi fakta sosial Durkheim dan Webber berbeda karena bagi Durkheim fakta sosial adalah gejala “di luar sana” (eksternal dan independen dari individu) yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi individu. Realitas yang digagas oleh Durkheim dengan demikian persis sama dengan realitas dalam ilmu alam. Sedangkan bagi Webber, fakta sosial merupakan tindakan subjektif yang berkaitan dengan nilai, terorientasi ke luar dalam relasi saling mempengaruhi.

Secara epistemologis, Durkheim dan Weber berbeda dalam menguraikan apa itu fakta sosial.

Dengan menempatkan karakter objek kajian ilmu sosial persis seperti objek kajian ilmu alam, fakta sosial dengan itu dapat dikenali melalui metode dimana antara ilmuwan terhadap objek kajiannya berhubungan secara searah; dalam proses ini objek kajian tidak dapat memberikan pengaruh apapun terhadap penafsir. Itulah yang kemudian dikenal dengan hermeneutika tunggal.

Pada Webber, dengan menempatkan fakta sosial sebagai gejala atau tindakan individu yang terorientasi keluar serta berelasi secara kausal, metode untuk memahami fakta sosial tersebut tidak bisa dilepaskan dari sebuah metode yang dapat mengakomodasi kesalingan. Itulah yang kemudian dikenal dengan hermeneutika ganda yakni proses penafsiran dimana antara peneliti dan obyek kajian saling mempengaruhi.

Kesimpulan: Fakta sosial seperti yang digagas oleh Durkheim dapat dikenali melalui pendekatan positivisme. Dengan itu sosiologi Durkheim dapat disebut sebagai positivis sosiologis. Sedangkan fakta sosial seperti yang digagas oleh Webber dapat dipahami melalui pendekatan hermeneutika dimana relasi dua arah dapat diakomodasi. Dengan itu sosiologi Webber dapat disebut sebaga antipositivis sosiologi atau hermeneutis sosiologi. Ringkasnya, realitas sosial dalam Durkheim dapat dikenali melalui hermeneutika tunggal (seperti metode ilmu alam; positivisme), sedangkan realitas sosial dalam Webber dapat dikenali melalui hermeneutika ganda (dimana penekanannya lebih diberikan pada karakter kualitas dan relasional).


  © Creative design by tariganism.com and Ourblogtemplates.com 2009

Back to tariganism's TOP